Thursday, July 1, 2010

Garis Harapan

Pada tanah yang belum dikenalnya ia taruh mimpinya
Terlebih lagi hidupnya yang bercampur
kumuh, tengik, lusuh, dan panas menyengit
Gedung-gedung kota yang gagah kadang meludah,
memberi celah buatnya untuk tetap menengadah,
dalam garis harap yang sayu, serta tangis redup.

Makan apa saya besok?
kalengnya tak lagi berlogam.
sedang mereka yang berdasi, dan mencekik.
buat apa uang ini besok?
tak habis-habis juga. . . .